Minggu, 19 April 2009

peranan keritik seni bagi perkembangan kesenia

Peranan Kritik Seni Bagi Perkembangan Kesenian. Oleh irwan. cambank

Selasa, 13 September 2005 08:46:40

Klik: 822

Cetak: 8

Kirim-kirim

Print version

download versi msword

Membicarakan masalah kritik seni, tentulah peranan kritik seni merupakan suatu keharusan bagi perkembangan kesenian dan tanpa kritik seni kesenian akan statis dan lambat dalam perkembangannya disamping sebagai penghubung antara seniman dan masyarakat.

Kritik seni selalu berdampingan dengan karya seni. Apabila karya seni tanpa kritik seni, seniman (pencipta) akan cepat puas dengan hasil karyanya atau tidak ada komunikasi antara seniman dan masyarakat. Orang yang biasa memberi kritik adalah kritikus dan masyarakat awam pun dapat saja mengeritik karya seni.

Akan tetapi dalam hal ini kurang terarah yang biasanya menilai berdasarkan perasaan belaka.

Memang ada juga masyarakat yang memberikan penilaian agak terarah, karena mereka berasal dari para intelektual, pencipta seni, paling tidak pernah membaca tentang seni atau pernah mendapat didikan yang berhubungan dengan dunia kesenian.

Seorang kritikus tidak hanya tiba-tiba menilai, melainkan menilai dengan metode-metode yang ia pelajari dengan seksama. Dalam penilaian disertai alasan-alasan yang masuk akal dan tentunya dapat dipertanggungjawabkannya.

Akan tetapi ada kecenderungan dalam dunia kritik seni, kritikus pun tidak bisa obyektif dan faktor subyektif dari kritikus selalu menyertainya. Walaupun demikian dia merupakan penilai yang mengerti tentang seni dari pada masyarakat awam.

Kritikus seolah-olah menjadi dewa dari kesenian bahkan secara tidak langsung mempopulerkan hasil suatu karya seni yang diciptakan seniman. Sebagai contoh, apa yang dilukiskan oleh Drs. I Nyoman Tusan ketika mendapat kesempatan berpameran di Seven Eken maupun di Belanda. Untuk dapat tampil disana harus ada semacam keharusan "bernaung"? di bawah Professor, sebagai jaminan kepada pemilik gallery.

Ini berarti melalui perjalanan karir yang panjangbagi seniman barat. Untuk menjadi seniman besar dan diakui harus memenuhi berbagai syarat. Pertama belajar di Akademi Seni Rupa mana. Kedua dibawah Profesor siapa. Ketiga pernah aktif di studio siapa. Keempat pengalaman berkarya. Ternyata betapa sulit dan beratnya para seniman muda di Barat.

Contoh tersebut diatas betapa rumitnya untuk mejadi populer karya seninya. Namun beebahagialah seniman muda Indonesia. Begitu mudah tampil dalam berbagai pameran, bahkan bergabung dengan para senior.

Istilah Kritik

Di Indonesia, kritik digunakan pula dengan istilah lain, seperti ulasan, wawasan, sorotan, dsb. Dalam kamus Poerwadarminta, kritik berarti kemelut, keadaan genting. Kritikus adalah ahli menimbang baik buruknya kesenian.

Sudarmadji menulis dalam diktatnya, kritik adalah komentar. Biasanya normatif terhadap suatu prestasi dengan tujuna apresiatif, sebagian ahli dalam memberikan pengertian, bahwa istilah kritik ada kecenderungan penunjukkan hal yang negatif terhadap karya seni.

Penggolongan Kritik Seni

Pada garis besarnya kritik seni di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga :

  • golongan yang cenderung memberikan penilaian mengungkapkan hal yang negatif saja. Segi negatif inilah yang dipersoalkan untuk dibahas dan dipecahkan.
  • Golongan yang cenderung mempersoalkan hal-hal yang baik saja.
  • Golongan yang memberikan penilaian dari dua sudut. Dari segi negatif dan positifnya.

Dari ketiga golongan diatas, kita cenderung pada golongan yang ketiga, sebab golongan ini memberikan dua segi. Tidak segi negatifnya saja atau segi positifnya saja. Penilaiannya dapat dijadikan bahan pemikiran.

Peranan Kritik Seni

Guna meningkatkan mutu karya seni bagi perkembangan kesenian, peranan kritik seni adalah :

  • pemberitahuan akan adanya suatu penyuguhan karya seni. Hal ini penting karena tidak semua orang begitu saja tahu, bahwa ada pergelaran karya seni (fungsi kurang langsung)
  • membahas karya yang dipergelarkan untuk disampaikan pada masyarakat, sebagi apresiasi dan mempopulerkan karya seni seorang seniman. Dengan dasar-dasar ini masyarakat akan segera mengetahui misalnya apa yang menimbulkan ide, alasannya apa, dsb.
  • Guna pemikiran seniman yang berkarya dalam hal ini seniman mengetahui sampai dimana hasil karyanya bisa ditangkap orang lain. Karena itulah seniman tidak boleh menutup diri dari kritik seni. Dia harus bersikap terbuka dan menerima kritik walaupun kritik itu pedas sekalipun. Dengan begitu ia dapat mengerti kekurangannya, maupun hal-hal yang perlu dipertahankan. Namun seniman dapat membela diri apabila ia dapa menunjukkan kekeliruan pendapat kritikus.
  • Untuk membangkitkan prestasi seniman agar menciptakan karya yang lebih bermutu.
  • Memperkembangkan dan mempertinggi nilai membanding dari masyarakat terhadap seni (dalam hal ini tentunya melatih sensitifitas masyarakat).

Dari pernanan kritik seni kritikus mempunyai peran yang besar dalam pengembangan kesenian. Dalam hal ini karya seni untuk menilai kegunaan, keartistikan dan keindahan karya seni, serta norma-norma yang digunakan seniman dalam usaha untuk mencapai nilai.

Untuk dapat menjadi penghubung antara seniman dan masyarakat, seorang kritikus perlu mengetahui ilmu jiwa pribadi dan ilmu jiwa masa, sehingga dapat menerka hasrat seniman dan pendapat selera masyarakat.

Agar dapat mengarahkan usaha pernyataan seni dari seniman, seorang kritikus perlu mempunyai daya apresiasi, menguasai kriteria evaluasi, mengetahui nilai-nilai artistik dan mengenal norma-norma estetika.

Selanjutnya untuk dapat mengambil keputusan dalam pertimbangan penilaian harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sejarah kesenian/proses seni, sikap dan jiwa terbuka, daya reaksi yang terlatih, gaya bahasa yang baik, dan kepribadian yang baik. Ini semua merupakan syarat sebagai kualitas seorang kritikus seni.

Dengan kepekaan akan pengertian sifat-sifat manusia, dengan memakai bahasa yang jelas dan berdasarkan kebenaran yang nyata, seorang kritikus haruslah mampu menjelaskan, mengurai semua persoalan yang ada kaitannya dengan karya seni, sehingga perkembangan kesenian dapat selaras dengan prinsip-prinsip dan norma-norma artistik / estetik yang bersifat universal.

Peranan Interaksi Sosial dalam Kesenian

Ditulis pada oleh brangwetan

Interaksi antara seniman Jawa Timur dengan seniman Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan kota lainnya berpengaruh pula terhadap perkembangan kesenian modern di Jawa Timur. Menurut Rudi Isbandi, salah satu penyebab seni rupa Jawa Timur bercorak dan bergaya beragam adalah seringnya interaksi sosial antara seniman Jawa Timur dengan di luar Jawa Timur. Begitu pula pola hubungan antara seniman di kota atau kabupaten satu dengan kabupaten lainnya berpengaruh terhadap perkembangan kesenian modern di Jawa Timur. Akibat interaksi sosial para seniman di Jawa Timur itulah menyebabkan kantong kantong seni rupa dan kesenian lainnya di daerah berkembang. Beberapa kota dan kabupaten yang berkembang setelah “bersentuhan” dengan seniman Surabaya dan nasional adalah Kabupaten Banyuwangi, Malang, Madiun, Tuban, Lamongan, Tulungagung, dan Gresik.

Banyuwangi ada pelukis Moses Misdi yang kuat dengan lukisan perahunya yang ekspresionis. Pengaruh Moses di Banyuwangi dan sekitarnya sangat kuat sekali. Moses Misdi adalah pelukis senior Banyuwangi yang sangat sering pamer lukisan di Jakarta dan Surabaya. Dan bahkan ikut pamer lukisan ke luar negeri. Moses Misdi adalah tokoh seni lukis ujung Jawa Timur yang mempunyai reputasi nasional. Kemudian ada juga pelukis senior yang otodidak Bani Amora. Banyuwangi diperkuat pula oleh pelukis Djoko Sutrisno, S Yadi K, Sarwo Prasojo, Elyezer, dan Huang Fong. S Yadi K adalah finalis Phillips Moris Arts Award 1997. Dia adalah seorang pelukis kuat di Banyuwangi. Huang Fong merupakan pelukis Banyuwangi yang sangat terkenal di Bali dan nasional. Lukisan Huang Fong yang halus, realis, dan menggunakan media campuran antara crayon, pinsil, cat minyak, dan cat air berpengaruh besar di banyuwangi, Bali, Malang, dan Surabaya. Huang Fong juga pelukis nasional yang kuat sekali pengaruhnya di Banyuwangi dan Bali.

Di Banyuwangi juga dihuni penulis sastra Jawa dan penulis cerpen senior seperti Sasmito Esmiet. Sasmito Esmiet selain dikenal sebagai penulis sastra Jawa juga seorang penggerak kesenian di Banyuwangi. Kota Batu dan Malang memunculkan pelukis kuat yaitu Kubu Sarawan, Satar, Dadang Rukmana, Anthoni Wibowo, Slamet, dan Badri. Pola surealisme Kubu Sarawan sangat kuat sekali pengaruhnya di kalangan pelukis muda Malang Raya (Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kota Malang). Gaya surealisme Kubu Sarawan menjadi salah satu gaya pelukis Malang Raya dan bahkan banyak juga mempengaruhi pelukis muda Surabaya. Pengaruh surialisme di Malang Raya ini diramaikan oleh model surialisme Ivan Sagito. Ivan Sagito tinggal di Yogyakarta, tetapi pengaruh surealismenya kuat sekali di kalangan seni rupa Malang Raya, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Gresik. Begitu pula pola ekspresionisme Anthoni Wibowo dan Satar sangat kuat sekali mempengaruhi perkembangan seni rupa di Malang Raya. Di Kota Malang juga tinggal pelukis Bambang A.W. Pelukis kelahiran Banyuwangi ini menjadi salah seorang pelukis penting di Malang. Di Kota Malang juga tinggal para penulis cerpen dan novel perempuan seperti Ratna Indraswari Ibrahim.

Kabupaten Tuban ada tokoh pelukis Mas Dibyo. Semula Mas Dibyo studi di Fakultas Bahasa dan Seni IKIP Surabaya (sekarang Unesa) dan banyak berkarya di Surabaya. Setelah kuat dengan gaya ekspresionismenya Mas Dibyo kembali ke asalnya, Tuban. Di Tuban inilah Mas Dibyo bersama sama pelukis muda lainnya mengembangkan seni rupa modern Tuban. Kesenian di Tuban berkembang tidak semata-mata karena ada pelukis Mas Dibyo. Para seniman Tuban sangat intensif berdiskusi, berdialog, dan belajar dari para seniman Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Tidak heran kalau pelukis, teater, dan penyair Tuban kemudian berkembang sangat cepat.

Tulungagung diperkuat oleh tokoh seni rupa Mulyono. Mulyono merupakan tokoh seni instalasi yang telah mempunyai reputasi internasional. Mulyono studi di STSI ”ASRI” Yogyakarta. Dia adalah salah satu tokoh dalam gerakan seni rupa Yogyakarta “Kepribadian Apa?”. Mulyono berusaha mengembangkan konsep kesenian sebagai metode untuk memberikan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat. Kesenian dianggap sebagai metode untuk membuka kesadaran masyarakat atas posisinya yang tertindas, posisi bawah, dan teralienasi. Karena itu dengan kesenian rakyat berusaha disadarkan atas kelas sosial dan eksistensi dirinya. Berbagai macam kesenian rakyat dia sentuh, seperti seni jaranan. Kemudian menyentuh para buruh, anak anak gelandangan, petani, dan masyarakat lainnya dengan seni instalasi. Di Tulungagung juga ada pelukis Widji Paminto R dan Sigit Priananto. Mereka berbeda dengan Mulyono, tetapi sebagai perupa modern Tulungagung saat ini sangat kuat.

Di Kabupaten Bojonegoro muncul perupa Gatot Widodo sedangkan di Nganjuk Djoko Sutrisno. Di Kabupaten Pasuruan ada pengaruh Surabaya sehingga muncul pelukis M Badrie dan Wahyu Nugroho. Sementara itu di Lumajang terdapat pelukis Wijanarko dan di Ponorogo muncul pelukis Mas Pur. Kabupaten Blitar ada Bondon Widodo dan di bidang sastra muncul penulis kuat yaitu Bagus Putu Parto.

Kesenian modern Gresik banyak dikembangkan oleh para tokoh kesenian yang beragam dalam pendidikan dan jenis keseniannya. Beberapa tokoh tersebut adalah Lenon Machali (teater), Kris AW (pelukis), Tiko Hamsyah, Imang, dan H.U. Mardiluhung (satra). Menurut Mardiluhung sastra di Gresik berkembang dimulai dengan sastra lisan model macopatan yang dikemas dalam bentuk Babat Kroman. Sastra lisan berpengaruh besar dalam sastra tulis Gresik sehingga mempengaruhi tulisan sastrawan Gresik modern Tahun 1950-an, seperti Pak Coni, Suwandi Indra Kusuma. Sedangkan para sastrawan Tahun 1970-an, seperti Sutanto Spehiadhy, Lennon Machali, dan Imang AW lebih banyak dipengaruhi sastra modern nasional dan internasional. Begitu pula para penulis Gresik Tahun 1980-an dan 1990-an seperti H.U Mardiluhung, Siwur, Indrianti Kusuma, Retra, Bor, Pea lebih banyak pengaruh sastra nasional dan internasional.

Sementara itu di Ngawi ada penyair Tjahjono Widarmanto. Tjahjono Widarmanto dan saudara kembarnya Tjahjono Widianto merupakan penyair dan penulis esei sastra kuat di Ngawi. Bahkan mereka berdua merupakan penyair Jawa Timur yang kuat sekali. Di tingkat nasional penyair kembar ini merupakan penyair muda yang potensial dan mempunyai posisi khusus dalam perkembangan sastra nasional. Di Kabupaten Madiun ada penulis cerpen kuat yaitu Beni Setia. Penulis yang lahir di Jawa Barat, orang Sunda, merupakan penulis yang produktif dan kuat sekali. Beni Setia bersama Tjahjono Widarmanto dan Tjahjono Widianto merupakan penulis kuat dan berpengaruh di tingkat Jawa Timur dan nasional. Mereka mengembangkan sastra disekitar Madiun hingga Ngawi.

2 komentar: