Minggu, 19 April 2009

analisis buku sejarah Tuhan


SEJARAH TUHAN

                    Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan oleh Orang-Orang Yahudi, Kristen, dan
Islam selama 4.000 tahun
 
               Tuhan, yang satu, tak terjangkau oleh pikiran manusia, namun Dia dipersepsi secara berbeda-beda oleh berbagai kelompok manusia sepanjang sejarah. Buku ini, dengan sangat cerdas dan lugas, merekam empat millennium sejarah persepsi manusia tentang Realitas Tertinggi ini. Berawal dari Masa Nabi Ibrahim a.s. sekitar abad kedua puluh SM, ketika monoteisme untuk pertama kali lahir di tengah agama kesukuan kaum pagan, pengarangnya kemudian melacak bagaimana ide tentang Tuhan bertumbuh, berubah, dan saling mempengaruhi dalam tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam, melintasi berbagai fase sejarahnya hingga akhir abad kedua puluh.
 
               Karen Armstrong, seorang pengkaji terkemuka dalam masalah agama di Eropa dan Amerika, memang layak dipuji atas karya gemilangnya ini. Dia berhasil menguraikan pernik-pernik perdebatan filosofis dan mistis seputar ketuhanan dalam ketiga agama monoteis Yahudi, Kristen, Islam lalu masuk ke dalam perbincangan tentang kelahiran fundamentalisme dan gerakan pembaruan agama, serta pengaruh sains dan teknologi terhadap melemahnya peran agama yang menumbuhkan bibit sekularisme dan ateisme di dalam masyarakat modern.
 
               Tema yang teramat luas dan kompleks ini berhasil diuraikannya dengan cara yang memikat dan berimbang. Buku ini layak menjadi rujukan dalam setiap pembicaraan modern tentang Tuhan. "Sebuah buku yang luar biasa lugas, berkisah  dengan teramat lancar. Armstrong memiliki kemampuan yang tak tertandingi. Masuk ke lapisan paling mendasar dari sebuah tema yang panjang dan kompleks tanpa terlalu menyederhanakannya. Kajian paling memesonakan dan cerdas tentang pencarian terbesar dalam sejarah pencarian akan Tuhan.
                              Buku ini sangat bagus, sebagai proses pencarian identitas diri mengapa Tuhan itu ada dan persepsi dikalangan manusia berbeda antara satu dengan lainnya juga sebagai pencerahan kepada diri kita agar janganlah terlalu fanatik terhadap suatu ajaran agama tertentu karena pada prinsipnya Tuhan itu satu hanya deskripsi masing-masing kita berbeda.

Buku ini juga merupakan "Best Seller" dari semua karya Armstrong yang menuliskan sejarah dari 3 agama utama monoteis terbesar di dunia; Yahudi, Kristiani, dan Islam, tapi dibahas juga mengenai atheisme, sufisme, mistisme, dan animisme serta paganisme.Karen Armstrong mengawali karirnya sebagai biarawati pada tahun 1962 sampai dengan 1969 dan kemudian dia keluar dari profesi biarawati dan mengambil kuliah di Oxford sampai Ph.D (tidak selesai).

Pada wawancara yang dilansir dari Cable-Satellite Public Affairs Network, Armstrong menyatakan bahwa dirinya adalah seorang "freelance monotheism" dan menyatakan bahwa berdasar dari keyakinannya terhadap agama yang bersumber dari Nabi Ibrahim bahwa dari tiga agama yang tersebut diatas seharusnya tidak memonopoli keyakinan karena masing-masing agama adalah superior terhadap lainnya, namun juga masing-masing agama memiliki kelemahan antara satu dengan lainnya.Bicara tentang Tuhan memiliki sejarah yang sama panjangnya dengan sejarah manusia itu sendiri. Bahwa Tuhan itu ada setelah manusia ada karena manusia lah yang menciptakan Tuhan juga seharusnya dipertanyakan disini.
 
SEJARAH BANGSA ISRAEL DALAM BIBEL DAN AL-QUR’AN



“Fatoohi dan Al-Dargazelli memulai penelitian dengan keyakinan bahwa Al-Quran adalah firman Tuhan, sehingga hanya memuat informasi akurat tentang peristiwa-peristiwa historis. Oleh karena Eksodus Bani Israel telah mendapat banyak perhatian dari para pakar Bibel, Fatoohi dan Al-Dargazelli juga berusaha mengajukan pandangan alternatif berdasarkan informasi Al-Quran tentang Eksodus, dan mempertahankan bahwa klaim mereka itu akurat dan konsisten dengan penemuan-penemuan arkeologis dan historis terkini. Saya setuju bahwa kesimpulan mereka lebih rasional dan memaparkan sejarah Eksodus secara jauh lebih baik ketimbang kesimpulan-kesimpulan sebelumnya.”
“Peristiwa-peristiwa yang berlangsung pada masa Musa banyak dijumpai dalam Bibel maupun Al-Quran. Dengan demikian, sejarah bangsa Ibrani di Mesir Kuno memuat titik-titik temu yang paling meyakinkan di antara umat Yahudi, Kristen, dan Muslim.
Sejarah bangsa Ibrani di Mesir secara sangat sempurna menggambarkan kesesuaian antara ilmu pengetahuan modern dan Kitab-Kitab Suci.”
dr. Maurice Bucaille, penulis Firaun dalam Bibel dan Al-Quran

Pelajaran terpenting yang bisa kita peroleh dari Fatoohi dan Al-Dargazelli adalah cara memformulasikan pertanyaan atau teka-teki ilmiah dalam kerangka Islamic science. Sebagai contoh, setelah membaca kisah Eksodus dalam Al-Quran, kita bertanya-tanya tentang identitas Firaun yang tewas dalam Eksodus, seperti:

Apakah pada masa hidup Musa ada dua Firaun atau hanya satu?
•Berapa lama Firaun masa Musa itu hidup?
•Benarkah dia tenggelam di Laut Merah?
•Apakah tubuhnya pernah ditemukan, artinya apakah dia dimumikan, ataukah tubuhnya tidak ditemukan di antara mumi-mumi Firaun?



Fatoohi dan Al-Dargazelli memformulasikan dan menjawab semua pertanyaan itu menggunakan Al-Quran. Dan dalam prosesnya, mereka mendemonstrasikan bagaimana sejarah dan arkeologi yang eksternal dan empiris dapat diselaraskan dengan ajaran Al-Qur’an dan Islam secara umum.
“Dalam Bab Tujuh, Fatoohi dan Al-Dargazelli mencoba menetapkan identitas Firaun Eksodus. Mereka menunjukkan bahwa dalam Al-Quran, Firaun Eksodus adalah Firaun yang berkuasa pada masa Musa lahir. Tambahan, dengan hanya menggunakan Al-Quran, mereka menetapkan bahwa Firaun itu pastilah berkuasa sangat lama (paling tidak mulai masa kelahiran Musa hingga saat Firaun tewas di Laut Merah). Barulah setelah itu mereka meninjau catatan-catatan historis dan arkeologis untuk mengidentifikasi Firaun yang berkuasa lama itu. Kemungkinan dapat dipersempit hingga Rameses II, yaitu dengan menggunakan kisah Yusuf dalam Al-Quran dan materi historis lainnya.”

Ada sejumlah ayat Al-Qur’an yang menginformasikan kepada kita bahwa Taurat dan Injil adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Musa dan Isa :
Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,
Al-Qur’an juga menyatakan secara gamblang bahwa salinan kedua kitab suci itu ada pada orang-orang Yahudi dan Kristen di Semenanjung Arabia, ketika Al-Qur’an diwahyukan :
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? Dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman. Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? Namun, Al-Qur’an menyatakan bahwa baik Taurat maupun Injil tidak dapat dipelajari oleh orang-orang awam, termasuk orang-orang yang mengimani kitab-kitab itu. Kitab-kitab itu dikuasai para pemuka agama sebagai bagian dari prestise kedudukan mereka. Dengan demikian, para pemuka agama ini dapat menunjukkan apa yang mereka sukai dari kitab-kitab tersebut dan menyembunyikan bagian-bagian yang tidak sesuai dengan selera mereka. Berikut adalah sebagian dari banyak ayat mengenai masalah ini : ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quraan kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?
Alasan penyembunyian sebagian isi kitab suci itu adalah karena bagian-bagian tersebut berisi informasi pengutusan Nabi non-Israel, Muhammad SAW, yang agamanya dipandang oleh para pemuka agama Yahudi dan Kristen tidak sesuai dengan kepentingan mereka. Pertama, Para pemuka agama Yahudi dan Kristen melihat dalam agama baru ini suatu ancaman serius terhadap status mereka. Jika mereka menerima kenabian Muhammad SAW, berarti klaim mereka sebagai pemegang otoritas keagamaan tertinggi akan tertolak. Kedua, agama baru ini menunjukkan penyimpangan praktek dan konsep yang telah menjadi bagian dari agama Yahudi dan Kristen. Para pemimpin agama ini telah mendukung penyimpangan itu, dengan mengikuti jalan pendahulu mereka dan bukan jalan para Nabi mereka. Jadi, singkatnya, agama baru ini menyebut para pemuka agama Yahudi dan Kristen sebagai guru-guru palsu agama. Ketiga, agama baru ini tidak memberi Bani Israel status khusus diantara kelompok-kelompok etnis lainnya. Karena alasan-alasan ini, para pemuka agama Yahudi dan Kristen memelopori kampanye untuk mendiskreditkan agama baru itu. Sekarang, mari kita baca beberapa ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad secara eksplisit telah disebut dan digambarkan dalam Taurat dan Injil : Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?". [2:77] Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."
Umum dikenal bahwa kata ‘Injil’ sama dengan kata Yunani ‘Euangelion’ yang berarti ‘berita gembira’. Akan tetapi, yang ditunjukkan QS 61:6 adalah bahwa Kitab Suci Isa disebut demikian karena kenyataannya ia membawa ‘berita gembira’ tentang datangnya kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan mempertegas Taurat berasal dari Tuhan adalah misi utama Isa. Yang pertama demikian sentral dalam misi Isa sehingga kitab sucinya disebut begitu. Kitab yang namanya berarti ‘berita gembira tentang Nabi Muhammad SAW’ pasti mengandung banyak perincian tentangnya. Dalam banyak ayat, Allah menggambarkan pengutusan Muhammad SAW sebagai ‘penegas’ bahwa Taurat dan Injil bersumber dari Tuhan. Berikut adalah beberapa ayat seperti itu : Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat ma'siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" Pesan Nabi Muhammad SAW adalah penegasan terhadap klaim Taurat dan Injil sebagai kitab suci yang berasal dari Allah karena dua alasan utama. Pertama, persamaan yang mencolok antara apa yang disebutkan dalam kitab-kitab suci ini tentang deskripsi Nabi yang lama ditunggu-tunggu dan Nabi Muhammad SAW sebagaimana ditegaskan dalam QS 2:77, QS 7:157, QS 48:29, QS 5:15 sebelumnya. Kedua, Al-Qur’an sendiri disebutkan dan dideskripsikan dalam Taurat dan Injil agar orang-orang yang memiliki akses terhadap kedua kitab suci ini mengakui Kitab Suci yang baru diwahyukan itu : Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, [26:193] dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), [26:194] ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, [26:195] dengan bahasa Arab yang jelas. [26:196] Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu. [26:197] Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
Namun, isi Taurat dan Injil tidak hanya disembunyikan sebagian, tapi juga diubah. Ayat Al-Qur’an menyebutkan perubahan yang dilakukan terhadap kitab-kitab suci terdahulu, yakni sebelum diwahyukannya Al-Qur’an dan sebagian lainnya dilakukan ketika Al-Qur’an diwahyukan : sHari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar